RINDU YANG TERPATRI
keheningan menyelusupi celah pikiranku yang kalut
antara nyata dan semu
terpatah oleh serbuan mimpi dalam sepasang
mataku yang buram oleh air yang menggumpal
layaknya awan mendung di langit
siap mengiris setiap lekuk bumi
teduhku telah pergi bersama sebongkah kerinduan
kekal mematri sepi pada seonggok senyum maya
terpagut hasrat yang jatuh di pelataran altar
tempat persembahan kalbuku
bersama sengal nafas yang iklas kuserahkan
pada paru-paru yang hampa
dan aku semakin pasrah pada sekat-sekat
waktu yang mencengkeram gerakku
keheningan menyelusupi celah pikiranku yang kalut
antara nyata dan semu
terpatah oleh serbuan mimpi dalam sepasang
mataku yang buram oleh air yang menggumpal
layaknya awan mendung di langit
siap mengiris setiap lekuk bumi
teduhku telah pergi bersama sebongkah kerinduan
kekal mematri sepi pada seonggok senyum maya
terpagut hasrat yang jatuh di pelataran altar
tempat persembahan kalbuku
bersama sengal nafas yang iklas kuserahkan
pada paru-paru yang hampa
dan aku semakin pasrah pada sekat-sekat
waktu yang mencengkeram gerakku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar