Pagi yang masih terlalu lembab usai hujan semalam,
memaksa tubuh tetap meringkuk lelap
dibuaian mimpi-mimpi yang nyaris nyata
Sementara gundah mengakar
di hati yang menghitam,
melebihi kelam malam-malamnya
Kemarin, ketika siang masih terlalu panas,
seharusnya dilewati dengan sedikit gurau
sembari meniti waktu
bergulir menuju senja
Namun mendung membayang di atas kepala,
menundukkan wajah yang setengah pucat pasi
Mendanau air mata ketika benih-benih asa
yang tertanam di hatinya meranggas...
Mimpinya tiba-tiba buyar
dalam waktu sesaat,
menyisakan lamunan berbaur aroma kecewa
pada sebuah alur kehidupan,
lalu pecah bersama caci dan sumpah serapahnya
memaksa tubuh tetap meringkuk lelap
dibuaian mimpi-mimpi yang nyaris nyata
Sementara gundah mengakar
di hati yang menghitam,
melebihi kelam malam-malamnya
Kemarin, ketika siang masih terlalu panas,
seharusnya dilewati dengan sedikit gurau
sembari meniti waktu
bergulir menuju senja
Namun mendung membayang di atas kepala,
menundukkan wajah yang setengah pucat pasi
Mendanau air mata ketika benih-benih asa
yang tertanam di hatinya meranggas...
Mimpinya tiba-tiba buyar
dalam waktu sesaat,
menyisakan lamunan berbaur aroma kecewa
pada sebuah alur kehidupan,
lalu pecah bersama caci dan sumpah serapahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar